Waduk Darma. Para
Penelusur tau ga salah satu wisata yang cukup terkenal di jawa barat? khususnya
di Kuningan. Yang pengen tau silahkan untuk mengunjungi Wisata Waduk Darma yang
terkenal dengan keindahannya dan ceritanya. Waduk Darma ini terletak di sebelah
barat daya dari kota Kuningan, tepatnya di desa Jagara- Kecamatan Darma dan
pada lintasan jalan raya Cirebon-Kuningan-Ciamis. GPS -7.00799, 108.41316.
Para Penelusur tau ga
luas Waduk Darma ini? usut punya usut ternyata waduk ini menempati areal seluas
± 425 ha, dikelilingi oleh bukit dan lembah serta pemandangan yang indah dengan
udara yang sejuk. Kapasitas genangan air maksimal ± 39.000.000 m3. Jarak obyek
wisata ini adalah ± 12 km dari kota Kuningan dan dari ± 37 km dari kota
Cirebon.
Para Penelusur tau ga
cerita unik dari Waduk Darma ini? ternyata nih
Menurut kepercayaan masyarakat sekitar yang kami kutip dari
kiaradarmaga.blogspot.com, dahulu saat para wali masih hidup, Waduk Darma
merupakan bendungan atau situ yang cukup besar yang di buat oleh mbah Satori
(mbah dalem Cageur). Adapun air yang di pakai untuk mengairinya berasal dari
mata air Cihanyir yang berada tepat di tengah Waduk Darma dan dari hulu sungai
Cisanggarung.
Tujuan mbah Dalem
Cageur (Embah Satori) membuat bendungan/Situ itu, adalah untuk tempat bermain
Putranya yaitu Paneran Gencay, selain dari itu mbah Dalem Cageur memiliki hobi
memelihara ikan.
Dalam pembuatan
bendungan dan Situ tersebut mbah Dalem Cageur tidak sedikit mengerahkan tenaga
dari pada kurawanya sehingga memerlukan jamuan atau hidangan yang cukup banyak
untuk menjamu para pekerjanya. Konon menurut cerita untuk menanak nasi itu mbah
Dalem Cageur memilih salah satu bukit yanga berada di sebelah desa Darma (Desa
Kawah Manuk) sehingga sampai saat ini tempat bekas menanak nasi itu di beri
nama “bukit Pangliwetan”.
Menurut saksi-saksi
yang masih hidup tempat-tempat bekas menjamu para pekerja dalam pembuatan situ,
sampai saat ini masih ada peninggalannya berupa onggokan tanah yang berupa
congcot (nasi tumpeng). Herannya onggokan tanah itu sejak dahulu kala sampai
sekarang tidak pernah hilang walaupun sudah beberapa kali dirusak manusia dan
digenangi air selama berpuluh-puluh tahun.
Setelah selesai
pembuatan situ, mbah Dalem Cageur membuat sebuah perahu yang terbuat dari papan
kayu jati dengan ukuran yang cukup besar, ukurannya menurut penduduk yang
pernah melihat atau menginjak pada saat Waduk Darma disurutkan pada tahun 1972
memperkirakan panjangnya 20 x 7 meter. Perahu itu dibuat untuk bermain-main
anaknya ( Pangeran Gencay). Saking girangnya Pangeran Gencay tidak siang tidak
malam bersama rekan-rekannya terus bermain di atas perahu itu. Sementara para
penduduk menyaksikan di sekeliling situ sambil menabuh berbagai gamelan. Konon
tempat penduduk memainkan gamelan itu di beri nama “Muncul Goong”.
Takdir tak dapat
dipungkiri, malang tak dapat di hadang, pada satu malam tepat pada saat bulan
purnama Pangeran Gencay bersama para pengasuhnya yang sedang bersenang-senang
menaiki perahu buatan ayahnya karam/tenggelam di tengah-tengah situ. Jerit
tangis dan ratapan tak dapat di tahan, kedukaan mbah Dalem Cageur tak dapat di
lukiskan, sehingga saking kecewanya, maka situ itu atas perintah Embah Dalem
Cageur harus di bobolkan dan tidak boleh diari lagi karena kelak akan
membahayakan anak cucu.
Setelah Jenasah
Pangeran Gencay di temukan dan dibawa ke suatu tempat bernama “Munjul Bangke”
(Munjul= tempat yang menonjol. Bangke= Bangkai) lalu dimakamkan di desa Jagara.
Adapun tempat tenggelamnya Pangeran Gencay oleh penduduk di beri nama “Labuhan
Bulan” karena perahunya tenggelam tepat pada saat bulan purnama (Labuhan=
kalebuh, kalebuh= tenggelam).
Pada jaman Belanda
seluruh tanah yang akan di jadikan Waduk oleh Belanda di beli secara tunai (th
1939) dengan perhitungan. Tanah Rakyat di beli seharga 100%, Tanah Kasikepan
(Tanah kekeyaan Desa) 2/3%, Sedangkan Tanah Bengkok Hanya di beli seharaga 1/3%
dari harga normal saat itu.
Berhubung pasukan pendudukan
Jepang menguasai Indonesia, maka proyek ini dihentikan sementara. Baru pada
tahun 1954, Presiden Soekarno turun tangan untuk melanjutkan proyek pembuatan
Waduk Darma. Seluruh pembebasan tanah dan pengerjaan diselesaikan hingga
diresmikan pada tahun 1961.
Para Penelusur yang
ingin kesini jangan khawatir dengan tempat menginapnya, dan yang sedang bekerja
pun dapat menikmati keindahan dari waduk Darma ini. Karena di sini sudah
disediakan beberapa fasilitas tambahan untuk para Penelusur yang ingin menikmati
keindahan Kawasan Wisata Wadukdarma sambil mengadakan kegiatan rapat atau
pertemuan lainnya dan beberapa bangunan villa untuk tinggal sementara selama
kegiatan berlangsung. Kapasitas ruang pertemuan sekitar 100 orang, ada juga
berbagai fasilitas seperti:
– Camping Ground
– Cottage/Villa Pemondokan
– Fasilitas Mainan Anak
– Kedai Makan
– Kereta Motor
– Kereta Naga (Minitrain)
– Kolam Renang Anak
– Lapang Bola
– Mesjid Jum’at Jagara
– Outbond (Flying Fox)
– Panggung Serbaguna
– Perahu Wisata
– Puskesmas Darma
– Toilet Plus Mushola
Untuk yang ingin kesini dapat
melewati rute:
– Arah jalan dari Bandung,
Jakarta dan sekitarnya menuju ke Waduk Darma ialah menuju Kuningan Kemudian
dilanjutkan ke Lokasi.
– Dari Jawa Tengah menggunakan
jalur pantura langsun menuju Kabupaten Kuningan dan langsung ke lokasi
Ayo buruan untuk
kesini, karena selain berfungsi sebagai penampung air, Waduk Darma juga
dijadikan sebagai sarana rekreasi dan olahraga. Panorama di sekitar Waduk
Darma, terutama pada saat matahari akan tenggelam, menjadi daya tarik
tersendiri bagi orang-orang yang datang ke Waduk Darma. Apalagi bila
menikmatinya sambil duduk di perahu yang mengelilingi pulau mungil bernama
Munjul Goong yang ada di tengah-tengah Waduk Darma. Berikut beberapa gambar
khusus untuk Para Penelusur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar