Sejarah singkat Gedung Perundingan Linggajati adalah sebagai berikut. Pada
awalnya tahun 1918 bangunan ini merupakan bangunan rumah milik Ibu Jasitem.
Tahun 1921 oleh seorang berbangsa Belanda bernama Tuan Tersana dirombak menjadi
semi permanen. Tahun 1930 dibangun menjadi permanen dan menjadi bangunan rumah
tinggal orang Belanda yang bernama Van Oot Dome. Kemudian tahun 1935 dikontrak
oleh Heiker dan dijadikan hotel yang bernama Rustoord. Pada masa pemerintahan
Jepang hotel ini diganti namanya menjadi Hokay Ryokan. Tahun 1945 tepatnya
setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, hotel ini diberi nama Hotel merdeka. Tahun
1946 Hotel merdeka ini digunakan sebagai tempat perundingan antara Pemerintah
Indonesia denganPemeintah Belanda yang kemudian menghasilkan Naskah
Linggarjati, karena perundingan itu sangat penting maka gedung ini disebut
Gedung linggarjati. Kadang-kadang disebut Gedung Naskah linggarjati tetapi tidak
tepat karena naskahnya disusun dan disimpan di tempat lain, yaitu di Jakarta
dan Amsterdam. Tahun 1948-1950 ketika aksi militer tentara II, gedung ini
dijadikan markas tentara Belanda. Tahun 1950-1975 ditempati oleh Sekolah dasar
Negeri Linggajati. Pada saat ini bangunan tersebut berfiungsi sebagai museum.
Secara astronomis Gedung Perundingan Linggajati terletak pada koordinat
06º52’7” LS dan 108º28’9” BT. Gedung Perundingan Linggajati ini memiliki luas
500 m2 dan memiliki halaman yang luas sekitar 2,5 ha. Seluruh areal bangunan
ini dibatasi oleh pagar. Dinding luar pagar bagian bawah, mengelilingi bangunan
ditutup dengan lempengan batu hitam. Di depan pintu masuk ruang sidang terdapat
bangunan yang menjorok kearah jalan beratap genting. Pintu masuk ruang dalam
atau ruang sidang memiliki dua daun pintu dengan bahan dari kaca. Di kiri kanan
pintu tersebut terdapat jendela yang tertutup kaca.
Bagian ruang sidang berdenah empat persegi panjang. Dalam ruang nini
terdapat meja dan kursi yang digunakan sebagai tempat perundingan. Di sebelah
utara dinding ruang sidang terdapat pintu masuk ke gang atau lorong. Gang
tersebut berukuran 1,50 m dan berfungsi sebagai penghubung kamar-kamar. Pintu
masuk kamar memiliki kisi-kisi dengan motif belah ketupat. Di sebelah utara
ruang sidang ini terdapat 4 buah kamar tidur, salah satu kamar digunakan untuk
Prof. Schemerhon. Disebelah barat ruang sidang terdapat pintu keluar yang
menuju halaman gedung ini. Dapur diletakan di sebelah selatan ruang sidang,
sedangkan beberapa kamar lagi terdapat di belakang dapur dan untuk mencapainya
melewati gang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar