Sejatinya, tradisi
kawin cai adalah salah satu bentuk apresiasi warga Desa Manis Kidul dan Babakan
Mulya di lereng Gunung Ciremai, Kuningan, Jawa Barat. Ritual ini dimaksudkan
untuk memohon air atau turun hujan saat musim kemarau panjang.
Selesai berdoa,
sesepuh desa atau yang biasa dikenal dengan nama Punduh pun mencampurkan air
yang diambil dari mata air Telaga Balong Tirta Yarta dengan air yang diambil
dari mata air Cikembulan, Cibulan. Inilah istilah yang dipakai masyarakat
sebagai Upacara Adat Kawin Cai yang intinya mengambil barokah air dari dua
sumber mata air.
Mata air di Balong
Dalem Tirtayatra dilambangkan sebagai pengantin perempuan dan 7 air dari mata air
Cibulan dilambangkan sebagai pengantin pria. Selama perjalanan, baik dari
Balong Dalem menuju Cibulan dan sebaliknya, selalu diiringi dengan berbagai
ritual upacara dan tari-tarian tradisional layaknya upacara perkawinan.
Tradisi kawin cai ini
sarat dengan budaya sunda. Terlihat dari pakaian yang mereka kenakan dan
iring-iringan musik. Mereka membawa calon pengantin, yakni kendi yang akan
mereka isi dengan air yang diambil dari sumbernya di kolam Balong Dalam Tirta
Yatra. Prosesi diakhiri dengan makan bersama, yang diambil dari hasil
pertanian. Sebagian warga menganggapnya sebagai berkah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar