Situs Purbakala Cipari merupakan situs peninggalan era
megalitikum dari masyarakat yang hidup di daratan Sunda Besar (mencakup
Sumatera, Jawa, dan Kalimantan serta laut yang menghubungkan ketiganya pada
masa purba, sekitar 10.000 tahun yang lalu). Pertama kali ditemukan pada tahun
1972, berupa komplek pekuburan. Lokasinya terletak di Kampung Cipari, Desa
Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Situs ini terhitung cukup lengkap menggambarkan kehidupan
masyarakat pada masa itu. Lokasi situs ini sekarang menjadi tujuan wisata
pedagogi (Taman Purbakala Cipari) dan dilengkapi dengan museum.
Kelurahan Cipari Kecamatan Cigugur adalah salah satu
tempat ditemukannya peninggalan kebudayaan prasejarah di Kabupaten Kuningan
Jawa Barat. Selain Cipari, ada paling sedikit delapan tempat di sekitar kaki
gunung Ciremai yang terdapat peninggalan bercorak Megalitik, Klasik,
Hindu-Buddha, dan kolonial Belanda.
Di Cipari sendiri ditemukan tiga peti kubur batu yang di
dalamnya terdapat bekal kubur berupa kapak batu, gelang batu, dan gerabah.
Bekal kubur ini masih tersimpan dalam bangunan museum. Di dalam peti tidak
ditemukan kerangka manusia, karena tingkat keasaman dan kelembapan tanah yang
terletak 661 meter dpl itu terbilang tinggi, sehingga tulang yang dikubur mudah
hancur.
Area ditemukannya artefak-artefak batu dan gerabah masih
tertata baik, juga tingkat kedalaman benda-benda itu terkubur masih orisinal.
Peti kubur yang terbuat dari batu indesit besar berbentuk sirap masih tersusun
di tempatnya semula. Mengarah ke timur laut barat daya yang menggambarkan
konsep-konsep kekuasaan alam, seperti matahari dan bulan yang menjadi pedoman
hidup dari lahir sampai meninggal.
Peti kubur batu yang ada situs purbakala Cipari ini
memiliki kesamaan dengan fungsi peti-peti kubur batu di wilayah-wilayah lain di
Indonesia. Masyarakat Sulawesi Utara menyebut peti kubur batu sebagai waruga,
masyarakat Bondowoso menyebutnya pandusa, dan masyarakat Samosir menyebutnya
tundrum baho.
Ada pula tanah lapang berbentuk lingkaran dengan diameter
enam meter dengan dibatasi susunan batu sirap, di tengah-tengahnya terdapat
batu. Tempat yang bernama Batu Temu Gelang ini adalah lokasi upacara dalam
hubungan dengan arwah nenek moyang serta berfungsi sebagai tempat musyawarah.
Di kawasan ini juga ada altar batu (punden berundak),
yakni bangunan berundak-undak yang di bagian atasnya terdapat benda-benda
megalit atau makam seseorang yang dianggap tokoh dan dikeramatkan. Altar ini
berfungsi sebagai temapt upacara pemujaan arwah nenek moyang.
Di ketinggian tertentu terdapat pula menhir, yakni batu
tegak kasar sebagai medium penghormatan sekaligus tempat pemujaan. Ada pula
dolmen (batu meja) yang tersusun dari sebuah batu lebar yang ditopang beberapa
batu lain sehingga berbentuk meja. Fungsi dolmen sebagai tempat pemujaan kepada
arwah nenek moyang sekaligus tempat peletakan sesaji. Terdapat juga batu dakon
(lumpang batu), yakni batu berlubang satu atau lebih, berfungsi sebagai tempat
membuat ramuan obat-obatan.
Luas Situs Taman Purbakala Prasejarah Cipari 6.364 meter
persegi. Artefak-artefak, yakni peti kubur batu, gerabah, gelang batu, beliung
persegi, kapak perunggu, dan manik-manik ditemukan pada beberapa kali penggalian.Berdasar
temuan itulah situs ini diduga berasal dari masa perundagian (paleometalik atau
perunggu-besi) yang masih melanjutkan tradisi megalitik, sekitar tahun
1.000—500 SM. Saat itu masyarakat sudah mengenal cocok tanam dan organisasi
yang baik.
Walaupun ditemukan artefak-artefak namun temuan ini tidak
dapat menjelaskan siapa yang dikubur dalam tiga peti kubur batu itu dan
bagaimana ciri-ciri fisiknya, selain diperkirakan tiga orang itu adalah pemuka
masyarakat.
Situs Museum Taman Purbakala Cipari berada di lingkungan
Kelurahan Cipari Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Terletak di
daerah berbukit dengan ketinggian 661 meter dpl, di kaki gunung Ciremai bagian
timur dan bagian barat kota Kuningan. Cipari berjarak 4 kilometer dari ibukota
Kuningan dan 35 kilometer dari kota Cirebon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar