Rabu, 23 Maret 2016

TUGAS 1 ETIKA DAN PROFESIONALISME

Tugas 1 Etika dan Profesiaonalisme (Soft Skill)



1.      Etika
Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.

2.      Profesi
Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau keterampilan dari pelakunya. Biasanya sebutan “profesi” selalu dikaitkan dengan pekerjaan atau jabatan yang dipegang oleh seseorang, akan tetapi tidak semua pekerjaan atau jabatan dapat disebut profesi karena profesi menuntut keahlian para pemangkunya. Hal ini mengandung arti bahwa suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, akan tetapi memerlukan suatu persiapan melalui pendidikan dan pelatihan yang dikembangkan khusus untuk itu. Pekerjaan tidak sama dengan profesi. Istilah yang mudah dimengerti oleh masyarakat awam adalah sebuah profesi sudah pasti menjadi sebuah pekerjaan, namun sebuah pekerjaan

Senin, 21 Maret 2016

TRADISI KAWIN CAI



Sejatinya, tradisi kawin cai adalah salah satu bentuk apresiasi warga Desa Manis Kidul dan Babakan Mulya di lereng Gunung Ciremai, Kuningan, Jawa Barat. Ritual ini dimaksudkan untuk memohon air atau turun hujan saat musim kemarau panjang.
Selesai berdoa, sesepuh desa atau yang biasa dikenal dengan nama Punduh pun mencampurkan air yang diambil dari mata air Telaga Balong Tirta Yarta dengan air yang diambil dari mata air Cikembulan, Cibulan. Inilah istilah yang dipakai masyarakat sebagai Upacara Adat Kawin Cai yang intinya mengambil barokah air dari dua sumber mata air.
Mata air di Balong Dalem Tirtayatra dilambangkan sebagai pengantin perempuan dan 7 air dari mata air Cibulan dilambangkan sebagai pengantin pria. Selama perjalanan, baik dari Balong Dalem menuju Cibulan dan sebaliknya, selalu diiringi dengan berbagai ritual upacara dan tari-tarian tradisional layaknya upacara perkawinan.
Tradisi kawin cai ini sarat dengan budaya sunda. Terlihat dari pakaian yang mereka kenakan dan iring-iringan musik. Mereka membawa calon pengantin, yakni kendi yang akan mereka isi dengan air yang diambil dari sumbernya di kolam Balong Dalam Tirta Yatra. Prosesi diakhiri dengan makan bersama, yang diambil dari hasil pertanian. Sebagian warga menganggapnya sebagai berkah.


UPACARA SEREN TAUN



Sunda merupakan salah satu suku di Indonesia yang masih mempertahankan kebudayaannya hingga saat ini. Salah satu kebudayaan Sunda yang masih dilakukan oleh masyarakat Sunda adalah Seren Taun. Ini merupakan sebuah upacara adat yang dilakukan setelah panen padi. Upacara ini dilakukan tiap tahun secara rutin dan diikuti seluruh warga desa mulai dari anak-anak sampai orang dewasa semuanya ikut ambil bagian dalam upacara ini. Upacara adat ini berlangsung semarak di desa-desa adat Sunda.
Tradisi Upacara Adat Seren Taun ini sebenarnya merupakan salah satu bentuk rasa syukur dari masyarakat Sunda terhadap hasil panen yang telah didapat. Selain itu, upacara ini juga telah menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat sekitar, termasuk wisatawan lokal dan mancanegara. Setiap kali acara ini digelar, selalu banyak wisatawan yang datang berbondong-bondong untuk menyaksikan upacara adat ini.

TRADISI SAPTONAN DAN PANAHAN



Saptonan merupakan agenda tahunan yang diadakan setiap momen peringatan Hari Jadi Kuningan. Bahkan, dulu acara ini diadakan di lapang yang lokasinya dekat kantor bupati dan gedung DPRD Kabupaten Kuningan. Saperti pernah beberapa kali diadakan di lapang Randu Kelurahan Cijoho, lapang Kertawangunan Kecamatan Sindangagung dan lapang sekitar kawasan wisata Linggajati Kecamatan Cilimus. Lapang Desa Cinagara Kecamatan Maleber dan beberapa tempat lainnya.
Sebelum pergelaran saptonan dimulai, diawali dengan prosesi atau upacara yang menggambarkan keadaan masa kerajaan. Sejumlah peserta pun sudah mempersiapkan untuk kebolehan untuk mengikuti adu ketangkasan menunggang kuda, dengan mengenakan kostum mirip pada jaman kerajaan. Misalnya patih, adipati dan tumnggung memakai bendo, baju taqwa dan kain lancar. Sementara, demang mengenakan pakaian yang lebih sederhana seperti kain odot, celana pangsi, sandal karet (sendal bandol) yang talinya sampai lutut. Begitu pula para menak, pamager sari mengenakan pakaian yang sama seperti dipakai adipati dan tumenggung. Ada pula mengenakan pakaian kebaya.

TAPE KETAN KUNINGAN



Tape ketan merupakan salah satu makanan khas kuningan. Hampir semua toko di Kota Kuningan menjajaKan tape ketan ini. Sebagian besar tape ketan yang dijual berasal dari Desa Cibeureum, Kecamatan Cibeureum. Desa ini terletak sekitaR 30 kilometer dari pusat Kota Kuningan.  Sebagian warga desanya sudah membuat tape ketan sejak 1970-an silam. Meski sudah sangat lama, permintaan tape ketan masih banyak. Itu membuktikan tape ketan khas Kuningan masih menjadi makanan favorit masyarakat.
Tape ketan khas kuningan memang dikemas dengan cara yang unik. Walau sebenarnya tidak jauh berbeda, keunikan itu ada karena tape dikemas dalam ember. Sebelum ditaruh di dalam ember tape harus dibungkus dulu. Nah kalau tape ketan di Jawa Tengah dibungkus menggunakan daun pisang, tape ketan khas kuningan Jawa Barat ini dibungkus dengan daun jambu.

HUCAP KUNINGAN



Beraneka ragam budaya nusantara menjadikan setiap daerah di Indonesia memiliki beranekaragam menu sarapan. Menu sarapan tersebut menjadi makanan khas yang turut memperkaya khazanah kuliner nusantara. Seperti di Kuningan misalnya, masyarakat mengenal Hucap sebagai salah satu menu yang kerap disajikan saat sarapan. 
Hucap yang merupakan akronim dari tahu kecap merupakan panganan yang mengombinasikan tahu putih dengan ketupat sebagai bahan dasarnya. Tahu yang digunakan juga merupakan produksi lokal Kuningan, yang diyakini lebih padat dan gurih.
Selain tahu dan ketupat, hal lain yang juga mempengaruhi kenikmatan rasa Hucap adalah siraman saus kacang. Setelah ditambahkan kecap dan taburan bawang goreng, Hucap sudah siap disajikan sebagai menu sarapan.
Mengunjungi Kota Kuningan memang tidak lengkap jika belum mencicipi kuliner yang satu ini. Salah satu kedai di Kuningan yang menyajikan menu Hucap adalah Kedai Hucap Top Ma iroh yang berlokasi di Jalan Dewi Sartika. Bagi Anda penikmat kuliner nusantara, jangan segan-segan untuk mampir ke kedai Hucap paling terkenal di seantero Kuningan ini.

Sumber: http://www.indonesiakaya.com/kanal/detail/hucap-menu-sarapan-khas-kuningan

NASI KASRENG



Mengunjungi Kuningan, Jawa Barat, tak lengkap bila hanya menikmati pemandangan dan panorama indah dengan berjalan-jalan. Bersama keluarga, sobat traveler tidak hanya bisa menikmati pemandangan tetapi juga berburu wisata kuliner yang nikmat dan menggugah selera di Kabupaten Kuningan. Selain wisata alam, memang paling pas bila sekalian menikmati sajian kuliner khas dengan berwisata kuliner.
Nasi kasreng mungkin masih terdengar asing di telinga pecinta kuliner, namun bagi masyarakat Kuningan khususnya daerah Luragung, sajian kuliner nasi yang dibungkus seperti nasi kucing ditambah lauk pauk pelengkap ini merupakan hidangan favorit kuliner murah meriah namun nikmat di lidah.
Nasi kasreng dibungkus dengan menggunakan bermacam macam lauk pauk. Diantaranya, goreng ikan paray, pepes paray, sambel, lalap toge, gorengan, rebon, dan lainnya. Jajanan ini bisa menjadi pengganjal perut saat lapar dengan harga yang terjangkau.

WADUK DARMA



Waduk Darma. Para Penelusur tau ga salah satu wisata yang cukup terkenal di jawa barat? khususnya di Kuningan. Yang pengen tau silahkan untuk mengunjungi Wisata Waduk Darma yang terkenal dengan keindahannya dan ceritanya. Waduk Darma ini terletak di sebelah barat daya dari kota Kuningan, tepatnya di desa Jagara- Kecamatan Darma dan pada lintasan jalan raya Cirebon-Kuningan-Ciamis. GPS -7.00799, 108.41316.
Para Penelusur tau ga luas Waduk Darma ini? usut punya usut ternyata waduk ini menempati areal seluas ± 425 ha, dikelilingi oleh bukit dan lembah serta pemandangan yang indah dengan udara yang sejuk. Kapasitas genangan air maksimal ± 39.000.000 m3. Jarak obyek wisata ini adalah ± 12 km dari kota Kuningan dan dari ± 37 km dari kota Cirebon.
Para Penelusur tau ga cerita unik dari Waduk Darma ini? ternyata nih  Menurut kepercayaan masyarakat sekitar yang kami kutip dari kiaradarmaga.blogspot.com, dahulu saat para wali masih hidup, Waduk Darma merupakan bendungan atau situ yang cukup besar yang di buat oleh mbah Satori (mbah dalem Cageur). Adapun air yang di pakai untuk mengairinya berasal dari mata air Cihanyir yang berada tepat di tengah Waduk Darma dan dari hulu sungai Cisanggarung.

CURUG CIPUTRI



Curug Putri Landung atau Ciputri memiliki ketinggian mencapai 20 meter dan berasal dari mata air jauh di dalam hutan Gunung Ciremai (3.078 mdpl).  Curug ini terletak dalam kawasan Bumi Perkemahan Palutungan (yang dikelola oleh pihak Perum Perhutani) dengan ketinggian 1.100 – 1.150 meter di atas permukaan laut (mdpl) dengan curah hujan 3.000 mm/tahun, dan sejuknya suhu udara antara 20 – 24C.
Letak Curug Putri ini menjorok ke dalam dikelilingi tebing terjal dan pepohonan rimbun.  Bahkan di sebelah kiri terdapat satu pohon beringin besar yang teduh.  Di depannya terdapat kolam air tempat menampung curahan terjunan airnya.  Kolam ini tidaklah terlalu dalam hanya sepinggang orang dewasa sehingga dapat dipakai untuk berendam dan berenang.
Nama Curug Putri sendiri berasal dari legenda tempat tersebut sebagai tempat pemandian para putri dari Kahyangan, tempat para bidadari turun ke Bumi. Apabila ada hujan gerimis dan matahari bersinar maka dari Curug Putri ini dapat melihat Pelangi/ Katumbiri dan masyarakat meyakini bahwa ketika pelangi muncul artinya para dewi yang cantik jelita dari kahyangan sedang turun ke bumi.

GUNUNG CIREMAI



Gunung Ceremai (seringkali secara salah kaprah dinamakan "Ciremai") adalah gunung berapi kerucut yang secara administratif termasuk dalam wilayah dua kabupaten, yakni Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Posisi geografis puncaknya terletak pada 6° 53' 30" LS dan 108° 24' 00" BT, dengan ketinggian 3.078 m di atas permukaan laut. Gunung ini merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat.
Gunung ini memiliki kawah ganda. Kawah barat yang beradius 400 m terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 m. Pada ketinggian sekitar 2.900 m dpl di lereng selatan terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet. Kini G. Ceremai termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), yang memiliki luas total sekitar 15.000 hektare.
Nama gunung ini berasal dari kata cereme (Phyllanthus acidus, sejenis tumbuhan perdu berbuah kecil dengan rada masam), namun seringkali disebut Ciremai, suatu gejala hiperkorek akibat banyaknya nama tempat di wilayah Pasundan yang menggunakan awalan 'ci-' untuk penamaan tempat.

SITUS SAGARA HYANG



Situs purbakala Sagarahyang yang berada di Desa Sagarahyang Keamatan Nusaherang Kabupaten Kuningan adalah situs cikal bakal kerajaan Saunggalah Kuningan yang merupakan kerajaan tandingan dari Kerajaan Galuh.
Kerajaan Saungalah/Saunggaluh didirikan sang Sang Maharesi Demunawan atau Prabu Seuweukarma Rahyang tangkuku. Sang Demunawan adalah cucu dari Prabu Kreti Kandayun pendiri kerajaan Galuh. Sang Demunawan adalah tokoh agung yang sangat religius sehingga mendapat gelar MAHARESI DIRAJA.
Kearifan dan kebijakannya menjadikannya di segani oleh para raja dari galuh dan sunda juga dari kerajaan-kerajaan lainnya,
Situs Sagarah yang masih alami berada di suatu bukit yang di kelilingi pertanian sayuran penduduk. Untuk mencapai lokasi walau jauh dari pusat kota tetapi mudah di jangkau karena akses jalan telah bisa dilalui kendaraan roda empat dengan setruktur jalan yang di cor semen.
Beberapa batu lingga mini, lingga yoni dan batu yang dibentuk menyerupai binatang menjadi bukti dan pelengkap situs ini.


TAMAN PURBAKALA CIPARI



Situs Purbakala Cipari merupakan situs peninggalan era megalitikum dari masyarakat yang hidup di daratan Sunda Besar (mencakup Sumatera, Jawa, dan Kalimantan serta laut yang menghubungkan ketiganya pada masa purba, sekitar 10.000 tahun yang lalu). Pertama kali ditemukan pada tahun 1972, berupa komplek pekuburan. Lokasinya terletak di Kampung Cipari, Desa Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Situs ini terhitung cukup lengkap menggambarkan kehidupan masyarakat pada masa itu. Lokasi situs ini sekarang menjadi tujuan wisata pedagogi (Taman Purbakala Cipari) dan dilengkapi dengan museum.
Kelurahan Cipari Kecamatan Cigugur adalah salah satu tempat ditemukannya peninggalan kebudayaan prasejarah di Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Selain Cipari, ada paling sedikit delapan tempat di sekitar kaki gunung Ciremai yang terdapat peninggalan bercorak Megalitik, Klasik, Hindu-Buddha, dan kolonial Belanda.

GEDUNG PERUNDINGAN LINGGARJATI



Sejarah singkat Gedung Perundingan Linggajati adalah sebagai berikut. Pada awalnya tahun 1918 bangunan ini merupakan bangunan rumah milik Ibu Jasitem. Tahun 1921 oleh seorang berbangsa Belanda bernama Tuan Tersana dirombak menjadi semi permanen. Tahun 1930 dibangun menjadi permanen dan menjadi bangunan rumah tinggal orang Belanda yang bernama Van Oot Dome. Kemudian tahun 1935 dikontrak oleh Heiker dan dijadikan hotel yang bernama Rustoord. Pada masa pemerintahan Jepang hotel ini diganti namanya menjadi Hokay Ryokan. Tahun 1945 tepatnya setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, hotel ini diberi nama Hotel merdeka. Tahun 1946 Hotel merdeka ini digunakan sebagai tempat perundingan antara Pemerintah Indonesia denganPemeintah Belanda yang kemudian menghasilkan Naskah Linggarjati, karena perundingan itu sangat penting maka gedung ini disebut Gedung linggarjati. Kadang-kadang disebut Gedung Naskah linggarjati tetapi tidak tepat karena naskahnya disusun dan disimpan di tempat lain, yaitu di Jakarta dan Amsterdam. Tahun 1948-1950 ketika aksi militer tentara II, gedung ini dijadikan markas tentara Belanda. Tahun 1950-1975 ditempati oleh Sekolah dasar Negeri Linggajati. Pada saat ini bangunan tersebut berfiungsi sebagai museum.