Proses
Pengambilan Keputusan dalam Organisasi
A.
Definisi Pengambilan Keputusan
Pengambilan
keputusan adalah menentukan suatu jalan keluar dengan berkomunikasi secara bersama
- sama. Keputusan terdiri dari :
· Keputusan Strategis
Yaitu
keputusan yang dibuat oleh manajemen puncak dari suatu organisasi.
· Keputusan Taktis
Keputusan
yang diambil oleh manajement menengah.
· Keputusan Operasional
Pengambilan
keputusan secara universal didefinisikan sebagai pemilihan diantara berbagai
alternative. Pengertian ini mencakup baik pembuatan pilihan maupun pemecahan
masalah. Langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan:
Menurut
Herbert A. Simon, Proses pengambilan keputusan pada hakekatnya terdiri atas
tiga langkah utama, yaitu:
· Kegiatan Intelijen
Menyangkut
pencarian berbagai kondisi lingkungan yang diperlukan bagi keputusan.
· Kegiatan Desain
Tahap
ini menyangkut pembuatan pengembangan dan penganalisaan berbagai rangkaian
kegiatan yang mungkin dilakukan.
· Kegiatan Pemilihan
Pemilihan
serangkaian kegiatan tertentu dari alternative yang tersedia.
Sedangkan
menurut Scott dan Mitchell, Proses pengambilan keputusan meliputi:
· Proses pencarian/penemuan tujuan
· Formulasi tujuan
· Pemilihan Alternatif
· Mengevaluasi hasil-hasil
George
R. Terry menyebutkan 5 dasar dalam pengambilan keputusan, yaitu:
Intuisi
Pengambilan
keputusan berdasarkan intuisi adalah pengambilan keputusan yang berdasarkan perasaan yang sifatnya
subyektif. Dalam pengambilan keputusan
berdasarkan intusi ini, meski waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan
relatif pendek, tetapi keputusan yang dihasilkan seringkali relatif kurang baik karena seringkali mengabaikan
dasar-dasar pertimbangan lainnya.
Pengalaman
Pengambilan
keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis,
karena dengan pengalaman yang dimiliki seseorang, maka dapat memperkirakan
keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan untung-ruginya dan baik-buruknya
keputusan yang akan dihasilkan.
Wewenang
Pengambilan
keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap
bawahannya, atau oleh orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang
lebih rendah kedudukannya. Hasil keputusannya dapat bertahan dalam jangka waktu
yang cukup lama dan memiliki otentisitas (otentik), tetapi
dapat menimbulkan sifat rutinitas, mengasosiasikan dengan praktek
diktatorial dan sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan
sehingga dapat menimbulkan kekaburan.
Fakta
Pengambilan
keputusan berdasarkan data dan fakta empiris dapat memberikan keputusan yang
sehat, solid dan baik. Dengan fakta, tingkat kepercayaan terhadap pengambil
keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan yang
dibuat itu dengan rela dan lapang dada.
Rasional
Pada
pengambilan keputusan yang berdasarkan rasio, keputusan yang dihasilkan
bersifat objektif, logis, lebih transparan dan konsisten untuk memaksimumkan
hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan
mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan. Pengambilan
keputusan secara rasional ini berlaku sepenuhnya dalam keadaan yang ideal. Pada
pengambilan keputusan secara rasional terdapat beberapa hal sebagai berikut:
Kejelasan
masalah: tidak ada keraguan dan kekaburan masalah.
Orientasi
tujuan: kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai.
Pengetahuan
alternatif: seluruh alternatif diketahui jenisnya dan konsekuensinya.
Preferensi
yang jelas: alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria.
Hasil
maksimal: pemilihan alternatif terbaik berdasarkan atas hasil ekonomis yang
maksimal.
B.
Jenis-jenis keputusan dalam organisasi.
Jenis
keputusan dalam sebuah organisasi dapat digolongkan berdasarkan banyaknya waktu
yang diperlukan untuk mengambil keputusan tersebut, bagian mana organisasi
harus dapat melibatkan dalam mengambil keputusan dan pada bagian organisasi
mana keputusan tersebut difokuskan.
Secara
garis besar jenis keputusan terbagi menjadi dua bagian yaitu :
Ø
Keputusan
Rutin
Keputusan
Rutin adalah Keputusan yang sifatnya rutin dan berulang-ulang serta biasanya
telah dikembangkan untuk mengendalikannya.
Ø
Keputusan
tidak Rutin
Keputusan
tidak Rutin adalah Keputusan yang diambil pada saat-saat khusus dan tidak
bersifat rutin.
Pendekatan
konperhensif lainnya adalah dengan menggunakan analisis sistem, Menurut ELBING
ada lima langkah dalam proses pengambilan keputusan:
· Identifikasi dan Diagnosa masalah
· Pengumpulan dan Analisis data yang
relevan
· Pengembangan dan Evaluasi alternative
alternative
· Pemilihan Alternatif terbaik
· Implementasi keputusan dan Evaluasi
terhadap hasil-hasil
Proses
pengambilan keputusan dalam organisasi
ialah kumpulan yang terdiri dari beberapa orang untuk mencapai tujuan
bersama, didalam organisasi rentan terjadinya selisih pendapat begitu juga
keputusan dalam mengambil sikap, dapat diartikan cara organisasi dalam
pengambilan keputusan. Dalam proses pengambilan keputusan ada beberapa metode
yang sering di gunakan oleh para pemimpin, yaitu :
1. Kewenangan Tanpa Diskusi (Authority Rule
Without Discussion)
Metode
pengambilan keputusan ini seringkali digunakan oleh para pemimpin otokratik
atau dalam kepemimpinan militer. Metode ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu
cepat, dalam arti ketika organisasi tidak mempunyai waktu yang cukup untuk
memutuskan apa yang harus dilakukan. Selain itu, metode ini cukup sempurna
dapat diterima kalau pengambilan keputusan yang dilaksanakan berkaitan dengan
persoalan-persoalan rutin yang tidak mempersyaratkan diskusi untuk mendapatkan
persetujuan para anggotanya.
Namun
demikian, jika metode pengambilan keputusan ini terlalu sering digunakan, ia
akan menimbulkan persoalan-persoalan, seperti munculnya ketidak percayaan para
anggota organisasi terhadap keputusan yang ditentukan pimpinannya, karena
mereka kurang bahkan tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan akan memiliki kualitas yang lebih bermakna, apabila
dibuat secara bersama-sama dengan melibatkan seluruh anggota kelompok,daripada
keputusan yang diambil secara individual.
2. Pendapat Ahli (expert opinion)
Kadang-kadang
seorang anggota organisasi oleh anggota lainnya diberi predikat sebagai ahli
(expert), sehingga memungkinkannya memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk
membuat keputusan. Metode pengambilan keputusan ini akan bekerja dengan baik,
apabila seorang anggota organisasi yang dianggap ahli tersebut memang
benar-benar tidak diragukan lagi kemampuannya dalam hal tertentu oleh anggota
lainnya.
Dalam
banyak kasus, persoalan orang yang dianggap ahli tersebut bukanlah masalah yang
sederhana, karenasangat sulit menentukan indikator yang dapat mengukur orang
yang dianggap ahli (superior). Ada yang berpendapat bahwa orang yang ahli
adalah orang yang memiliki kualitas terbaik; untuk membuat keputusan, namun
sebaliknya tidak sedikit pula orang yang tidak setuju dengan ukuran tersebut.
Karenanya, menentukan apakah seseorang dalam kelompok benar-benar ahli adalah
persoalan yang rumit.
3. Kewenangan Setelah Diskusi (authority
rule after discussion)
Sifat
otokratik dalam pengambilan keputusan ini lebih sedikit apabila dibandingkan
dengan metode yang pertama. Karena metode authority rule after discussion ini
pertimbangkan pendapat atau opini lebih dari satu anggota organisasi dalam
proses pengambilan keputusan. Dengan demikian, keputusan yang diambil melalui
metode ini akan mengingkatkan kualitas dan tanggung jawab para anggotanya
disamping juga munculnya aspek kecepatan (quickness) dalam pengambilan
keputusan sebagai hasil dari usaha menghindari proses diskusi yang terlalu
meluas. Dengan perkataan lain, pendapat anggota organisasi sangat diperhatikan
dalam proses pembuatan keputusan, namun perilaku otokratik dari pimpinan,
kelompok masih berpengaruh.
Metode
pengambilan keputusan ini juga mempunyai kelemahan, yaitu pada anggota
organisasi akan bersaing untukmempengaruhi pengambil atau pembuat keputusan.
Artinya bagaimana para anggota organisasi yang mengemukakan pendapatnya dalam
proses pengambilan keputusan, berusaha mempengaruhi pimpinan kelompok bahwa
pendapatnya yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan.
4. Kesepakatan (consensus)
Kesepakatan
atau konsensus akan terjadi kalau semua anggota dari suatu organisasi mendukung
keputusan yang diambil. Metode pengambilan keputusan ini memiliki keuntungan,
yakni partisipasi penuh dari seluruh anggota organisasi akan dapat meningkatkan
kualitas keputusan yang diambil, sebaik seperti tanggung jawab para anggota
dalam mendukung keputusan tersebut. Selain itu metode konsensus sangat penting
khususnya yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang kritis dan kompleks.
Namun
demikian, metodepengambilan keputusan yang dilakukan melalui kesepakatn ini,
tidak lepas juga dari kekurangan-kekurangan. Yang paling menonjol adalah
dibutuhkannya waktu yang relatif lebih banyak dan lebih lama, sehingga metode
ini tidak cocok untuk digunakan dalam keadaan mendesak atau darurat.
Keempat
metode pengambilan keputusan di atas, menurut Adler dan Rodman, tidak ada yang
terbaik dalam arti tidak ada ukuran-ukuran yang menjelaskan bahwa satu metode
lebih unggul dibandingkan metode pengambilan keputusan lainnya. Metode yang
paling efektif yang dapat digunakan dalam situasi tertentu, bergantung pada
faktor-faktor:
· Jumlah waktu yang ada dan dapat
dimanfaatkan,
· Tingkat pentingnya keputusan yang akan
diambil oleh kelompok, dan
· Kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh
pemimpin kelompok dalam mengelola kegiatan pengambilan keputusan tersebut.
Dari
metode di atas tersebut sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan, yaitu :
· Kekuatan Mental
Kekuatan
mental itu sama seperti prinsip, jadi dalam organisasi harus punya prinsip.
· Sanksi
Sanksi
sangat perlu dalam organisasi, agar tidak melakukan kesalahan yang sama baik
itu pemimpin maupun anggotanya.
· Keahlian
Pemimpin
harus punya kekuatan mental dalam organisasi, jika tidak sama saja seperti
pemimpin yang tidak mempuanyi gelar.
· Kharisma
Semua
pemimpin harus punya kharisma agar terus menjadi panutan bagi semua orang. Maka
dari itu kharisma merupakan citra baik yang di miliki seseorang agar menjadi
panutan semua orang.
Model-model
Pengambilan keputusan
a. Model Perilaku Pengambilan keputusan
· Model Ekonomi
yang
dikemukakan oleh ahli ekonomi klasik dimana keputusan orang itu rasional, yaitu
berusaha mendapatkan keuntungan marginal sama dengan biaya marginal atau untuk
memperoleh keuntungan maksimum
· Model Manusia Administrasi
Dikemukan
oleh Herbert A. Simon dimana lebih berprinsip orang tidak menginginkan
maksimalisasi tetapi cukup keuntungan yang memuaskan
· Model Manusia Mobicentrik
Dikemukakan
oleh Jennings, dimana perubahan merupakan nilai utama sehingga orang harus
selalu bergerak bebas mengambil keputusan
· Model Manusia Organisasi
Dikemukakan
oleh W.F. Whyte, model ini lebih mengedepankan sifat setia dan penuh kerjasama
dalam pengambilan keputusan
· Model Pengusaha Baru
Dikemukakan
oleh Wright Mills menekankan pada sifat kompetitif
· Model Sosial
Dikemukakan
oleh Freud Veblen dimana menurutnya orang seringb tidak rasional dalam
mengambil keputusan diliputi perasaan emosi dan situsai dibawah sadar.
b. Model Preskriptif dan Deskriptif
Fisher
mengemukakan bahwa pada hakekatnya ada 2 model pengambilan keputusan, yaitu:
· Model Preskriptif
Pemberian
resep perbaikan, model ini menerangkan bagaimana kelompok seharusnya mengambil
keputusan.
· Model Deskriptif
Model
ini menerangkan bagaimana kelompok mengambil keputusan tertentu.
Model
preskriptif berdasarkan pada proses yang ideal sedangkan model deskriptif
berdasarkan pada realitas observasi
Disamping
model-model diatas (model linier) terdapat pula model Spiraldimana satu anggota
mengemukakan konsep dan anggota lain mengadakan reaksi setuju tidak setuju
kemudian dikembangkan lebih lanjut atau dilakukan “revisi” dan seterusnya.
Teknik-teknik
Pengambilan Keputusan
a. Teknik Kreatif
· Brainstorming
Berusaha
untuk menggali dan mendapatkan kreatifitas maksimum dari kelompok dengan
memberikan kesempatan para anggota untuk melontarkan ide-idenya.
· Synectics
Didasarkan
pada asumsi bahwa proses kreatif dapat dijabarkan dan diajarkan, dimaksudkan untuk
meningktakan keluaran (output) kreatif individual dan kelompok
b. Teknik Partisipatif
Individu
individu atau kelompok dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.
· Teknik Modern
- Teknik Delphi
- Teknik Kelompok Nominal
C.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
Menurut
Terry (1989) faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengambil keputusan
sebagai berikut:
1. hal-hal yang berwujud maupun tidak
berwujud, yang emosional maupun rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan
keputusan;
2. setiap keputusan nantinya harus dapat
dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi;
3. setiap keputusan janganlah berorientasi
pada kepentingan pribadi, perhatikan kepentingan orang lain;
4. jarang sekali ada 1 pilihan yang memuaskan;
5. pengambilan keputusan merupakan tindakan
mental. Dari tindakan mental ini kemudian harus diubah menjadi tindakan fisik;
6. pengambilan keputusan yang efektif
membutuhkan waktu yang cukup lama;
7. diperlukan pengambilan keputusan yang
praktis untuk mendapatkan hasil yang baik;
8. setiap keputusan hendaknya dikembangkan,
agar dapat diketahui apakah keputusan yang diambil itu betul; dan
9. setiap keputusan itu merupakan tindakan
permulaan dari serangkaian kegiatan berikutnya.
Kemudian
terdapat enam faktor lain yang juga ikut mempengaruhi pengambilan keputusan.
1. Fisik
Didasarkan
pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau kenikmatan.
Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang,
sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.
2. Emosional
Didasarkan
pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara
subjective.
3. Rasional
Didasarkan
pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi dan
berbagai konsekuensinya.
4. Praktikal
Didasarkan
pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan menilai
potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.
5. Interpersonal
Didasarkan
pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang keorang
lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.
6. Struktural
Didasarkan
pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil
yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.
Contoh
pengambilan keputusan dalam organisasi
DPR yang
masih ragu dalam pengambilan keputusan menaikkan tarif listrik 10%. Ini di
karenakan bentroknya pemerintah dengan masyarakat. Pemerintah yang ingin tarif
di naikkan, dan masyarakatnyanya yang tidak setuju. Mungkin bagi pemerintah
memaksa ingin menaikkan tarif 10% hanya hal biasa saja, tetapi bagi masyarakat
apalagi yang tidak mampu ini adalah hal yg berat. Akibatnya pihak DPR pun belum
mengambil keputusan apapun untuk menaikkan atau tidak
Teori
Kepemimpinan
1. Teori
Genetie: bahwa penganut teori ini mengatakan bahwa seorang pemimpin akan karena
ia telah dilahirkan dengan bakat pemimpin.
2. Teori
Sosial: Jika teori genetis mengatakan bahwa “leaders are born and not made”,
maka penganut-penganut sosial mengatakan sebaliknya yaitu : “Leaders are made
and not born”. Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa etiap orang akan
dapat menjadi pemimpin apabila diberi pendidikan dan kesempatan untuk itu.
3. Teori
Ekologis: Teori ini merupakan penyempurnaan dari kedua teori genetis dan teori
sosial. Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa seseorang hanya dapat
menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu lahir nya telah memiliki
bakat-bakat kepemimpinan, yang mana bakat tadi kemudian dikembangkan melalui
pendidikan yang teratur dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan nya untuk
mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimiliki.
Ø
Syarat-Syarat
Pemimpin YangBaik
Pengembangan
kemampuan itu adalah suatu proses yang berlangsung terus menerus dengan maksud
agar yang bersangkutan semakin memiliki ciri-ciri kepemimpinan.
Walaupun
belum ada kesatuan pendapat para ahli mengenaisyarat-syarat ideal yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin, akan tetapi beberapa di antaranya yang terpenting
adalah sebagai berikut :
1.
Kekuatan atau energi
Seorang
pemimpin harus memiliki kekuatan lahiriah dan rokhaniah sehingga mampu bekerja
keras dan banyak berfikir untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
2.
Penguasaan emosional
Seorang
pemimpin harus dapat menguasai perasaannya dan tidak mudah marah dan putus asa.
3.
Pengetahuan mengenai hubungan kemanusiaan
Seorang
pemimpin harus dapat mengadakan hubungan yang manusiawi dengan bawahannya dan
orang-orang lain, sehingga mudah mendapatkan bantuan dalam setiap kesulitan
yang dihadapinya.
4.
Kecakapan berkomunikasi
Kemampuan
menyampaikan ide, pendapat serta keinginan dengan baik kepada orang lain, serta
dapat dengan mudah mengambil intisari pembicaraan.
5.
Kemampuan teknis kepemimpinan
mengetahui
azas dan tujuan organisasi. Mampu merencanakan, mengorganisasi, mendelegasikan
wewenang, mengambil keputusan, mengawasi, dan lain-lain untuk tercapainya
tujuan. Seorang pemimpin harus menguasai baik kemampuan managerial maupun
kemampuan teknis dalam bidang usaha yang dipimpinnya.
6.
Percaya terhadap kemampuan orang lain
Setiap
orang akan senang jika mereka merasa dipercaya dan banyak orang akan
mengerjakan apa saja untuk memenuhi kepercayaan tersebut. Berilah kepercayaan
kepada orang yang kita pimpin sesuai dengan kemampuan dan wilayah kerjanya,
namun sampaikan terlebih dahulu dengan jelas apa yang harus dia lakukan.
7.
Mendengar apa yang disampaikan orang lain
Dengarkan
dan perhatikan apa yang di sampaikan orang lain disekitar kita, ketika hal
tersebut dilakukan sesungguhnya kita membangun hubungan terhadap orang lain dan
mereka akan merasa dihargai. Karena pada dasarnya setiap orang pasti ingin
dirinya dihargai, maka berikanlah hal itu. Orang yang tidak pernah menghargai
orang lain, jangan pernah berharap dia akan dihargai apalagi dicintai.
8.
Kemampuan memahami orang lain
Setiap
orang sebenarnya ingin didengar, dihormati dan dipahami, ketika orang melihat
bahwa mereka dipahami, mereka akan merasa dimotivasi dan dipengaruhi secara
positif. Sesungguhnya cara paling halus dan jitu untuk mempengaruhi dan
mengambil hati orang lain adalah dengan memahami dan mendengarkan apa yang dia
sampaikan. Berikan sepenuhnya apa yang sudah menjadi hak mereka tanpa harus
melalaikan pendidikan untuk mereka sadar akan kewajiban mereka juga.
9.
Menjadi arah (navigator) bagi orang lain
Berarti
mengidentifikasi tempat tujuan. Ketika seseorang memiliki potensi pribadinya
maka ia memerlukan arah untuk mengembangkan potensi tersebut. Dengan
mengarahkan orang lain kepada kesuksesan, tanpa kita sadari kita pun telah
melatih diri kita untuk menjadi pribadi yang lebih sukses. Ilmu kita meningkat,
pengalaman kita bertambah, kemampuan kita semakin diasah, relasi atau jaringan
kita bertambah dan kebaikan kita pun berlipat ganda. Sungguh sebuah multiple
effect yang luar biasa.
10.
Memperlengkapi orang lain
Artinya
ketika kita mempercayakan orang lain dengan sebuah keputusan penting maka kita
harus dengan senang mendukungnya. Ketika kita memberi wewenang kepada orang
lain maka kita telah meningkatkan kemampuan orang lain tanpa menurunkan
kemampuan kita. Maksudnya jika seorang pemimpin telah mampu mendelegasikan
tugas dengan baik kepada bawahannya, berarti ia telah membuat langkah cerdas
dalam kerjanya, tugas yang tercapai lebih banyak dan lebih cepat. Bawahannya
semakin pintar dan pada akhirnya tujuan bersama pun tercapai dengan hasil
terbaik. Namun syarat sebelum pendelegasian adalah berikan penjelasan dan ilmu
sampai orang yang kita delegasikan tersebut paham benar tentang apa yang harus
ia lakukan.
Ø
Tipologi
Kepemimpinan
Tipologi
kepemimpinan disusun dengan titik tolak interaksi personal yang ada dalam
kelompok . Tipe-tipe pemimpin dalam tipologi ini dapat dikelompokkan dalam
kelompok tipe berdasarkan jenis-jenisnya antara lain:
1.Tipe
Otokratis
Seorang
pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai
berikut: Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi, mengidentikkan tujuan
pribadi dengan tujuan organisasi, Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata,
Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat, terlalu tergantung kepada
kekuasaan formalnya, dalam tindakan pengge-rakkannya sering mempergunakan
pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.
2.Tipe
Militeristis
Perlu
diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe
militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang
pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki
sifat-sifat berikut : dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih
sering dipergunakan, dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada
pangkat dan jabatannya, senang pada formalitas yang berlebih-lebihan, menuntut
disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan, sukar menerima kritikan dari
bawahannya, menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
3.Tipe
Paternalistis.
Seorang
pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang
memiliki ciri sebagai berikut : menganggap bawahannya sebagai manusia yang
tidak dewasa, bersikap terlalu melindungi (overly protective), jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan, jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif, jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya,
dan sering bersikap maha tahu.
4.Tipe
Karismatik.
Hingga
sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seseorang
pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian
mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai
pengikut yang jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula
tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena
kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang
karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi
dengan kekuatan gaib (supra natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil
tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma. Gandhi bukanlah
seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat, John
F Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki karisma meskipun umurnya masih
muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Mengenai profil,
Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai orang yang ‘ganteng”.
5.Tipe
Demokratis.
Pengetahuan
tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah
yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe
kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut : dalam proses penggerakan
bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk
yang termulia di dunia, selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan
tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya,
senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya, selalu
berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan,
ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat
kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat
kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain,
selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya, dan
berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Ø
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kepemimpinan
Dalam
melaksanakan tugas kepemimpinan mempengaruhi orang atau kelompok menuju tujuan
tertentu, kita pemimpin, dipengaruhi oleh beberapa faktor.Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepemimpinan adalah sebagai berikut :
A.
Faktor Kemampuan Personal
Pengertian
kemampuan adalah kombinasi antara potensi sejak pemimpin dilahirkan ke dunia
sebagai manusia dan faktor pendidikan yang ia dapatkan. Jika seseorang lahir
dengan kemampuan dasar kepemimpinan, ia akan lebih hebat jika mendapatkan
perlakuan edukatif dari lingkungan, jika tidak, ia hanya akan menjadi pemimpin
yang biasa dan standar. Sebaliknya jika manusia lahir tidak dengan potensi
kepemimpinan namun mendapatkan perlakuan edukatif dari lingkunganya akan
menjadi pemimpin dengan kemampuan yang standar pula. Dengan demikian antara
potensi bawaan dan perlakuan edukatif lingkungan adalah dua hal tidak
terpisahkan yang sangat menentukan hebatnya seorang pemimpin.
B.
Faktor Jabatan
Pengertian
jabatan adalah struktur kekuasaan yang pemimpin duduki. Jabatan tidak dapat
dihindari terlebih dalam kehidupan modern saat ini, semuanya seakan
terstrukturifikasi. Dua orang mempunyai kemampuan kepemimpinan yang sama tetapi
satu mempunyai jabatan dan yang lain tidak maka akan kalah pengaruh. sama-sama
mempunyai jabatan tetapi tingkatannya tidak sama maka akan mempunya pengarauh
yang berbeda.
C.
Faktor Situasi dan Kondisi
Pengertian
situasi adalah kondisi yang melingkupi perilaku kepemimpinan. Disaat situasi
tidak menentu dan kacau akan lebih efektif jika hadir seorang pemimpin yang
karismatik. Jika kebutuhan organisasi adalah sulit untuk maju karena anggota
organisasi yang tidak berkepribadian progresif maka perlu pemimpin
transformasional. Jika identitas yang akan dicitrakan oragnisasi adalah religiutas
maka kehadiran pemimpin yang mempunyai kemampuan kepemimpinan spritual adalah
hal yang sangat signifikan. Begitulah situasi berbicara, ia juga memilah dan
memilih kemampuan para pemimpin, apakah ia hadir disaat yang tepat atau tidak.
Ø
Contoh
Kasus Dalam Kepemimpinan
Muhammad
Nazaruddin merupakan seorang pengusaha dan politisi Indonesia yang menjadi
anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)periode 2009-2014 dari Partai Demokrat,
Setelah menjabat sebagai Bendahara Umum Partai Demokrat pada tahun 2010, pada
tahun 2011 Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjadikannya tersangka kasus
suap pembangunan wisma atlet untuk SEA Games ke-26. Nazaruddin meninggalkan
Indonesia sebelum statusnya menjadi tersangka dan menyatakan melalui media
massa bahwa sejumlah pejabat lain juga terlibat dalam kasus suap tersebut,
hingga akhirnya ia tertangkap di Cartagena de Indias, Kolombia.
Pada 21
April 2011, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap Sekretaris Mentri
Pemuda dan Olahraga Wafid Muharam, pejabat perusahaan rekanan Mohammad El
Idris, dan perantara Mindo Rosalina Manulang karena diduga sedang melakukan
tindak pidana korpsi suap menyuap. Penyidik KPK menemukan 3 lembar cek tunai
dengan jumlah kurang lebih sebesar Rp3,2 milyar di lokasi penangkapan. Keesokan
harinya, ketiga orang tersebut dijadikan tersangka tindak pidana korupsi suap
menyuap terkait dengan pembangunan wisma atlet untuk SEA Games ke-26 di
Palembang, Sumatera Selatan.Mohammad El Idris mengaku sebagai manajer pemasaran
PT Duta Graha Indah, perusahaan yang menjalankan proyek pembangunan wisma atlet
tersebut, dan juru bicara KPK Johan Budi menyatakan bahwa cek yang diterima
Wafid Muharam tersebut merupakan uang balas jasa dari PT DGI karena telah
memenangi tender proyek itu.
Pada 27
April 2011, Koordinator LSM Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) Boyamin
Saiman menyatakan kepada wartawan bahwa Mindo Rosalina Manulang adalah staf
Muhammad Nazaruddin.Nazaruddin menyangkal pernyataan itu dan mengatakan bahwa
ia tidak mengenal Rosalina maupun Wafid.Namun, pernyataan Boyamin tersebut
sesuai dengan keterangan Rosalina sendiri kepada penyidik KPK pada hari yang
sama dan keterangan kuasa hukum Rosalina, Kamaruddin Simanjuntak, kepada
wartawan keesokan harinya. Kepada penyidik KPK, Rosalina menyatakan bahwa pada tahun
2010 ia diminta Nazaruddin untuk mempertemukan pihak PT DGI dengan Wafid, dan
bahwa PT DGI akhirnya menang tender karena sanggup memberi komisi 15 persen
dari nilai proyek, dua persen untuk Wafid dan 13 persen untuk Nazaruddin. Akan
tetapi, Rosalina lalu mengganti pengacaranya menjadi Djufri Taufik dan
membantah bahwa Nazaruddin adalah atasannya.Ia bahkan kemudian menyatakan bahwa
Kamaruddin, mantan pengacaranya, berniat menghancurkan Partai Demokrat sehingga
merekayasa keterangan sebelumnya, dan pada 12 Mei Rosalina resmi mengubah
keterangannya mengenai keterlibatan Nazaruddin dalam berita acara
pemeriksaannya. Namun demikian, Wafid menyatakan bahwa ia pernah bertemu
beberapa kali dengan Nazaruddin setelah dikenalkan kepadanya oleh Rosalina.
Dalam
kasus ini peran pemimpin sangat berpengaruh, karna seorang pemimpin harus tegas
kepada anggotanya. Jika pemimpin dalam organisasi tersebut memiliki sifat yang
lemah dan mudah terhasut maka anggotanya yang berbuat salah tersebut akan
deberikan sanksi yang tidak sepadan dengan perbuatannya yang sudah mencoreng
nama baik partai/organisasi tersebut.
Karna
dalam suatu organisasi memiliki tujuan yang sama, pemimpin dan anggota harus
saling mendorong dan menasehati dalam hal kebaikan, dalam halnya kasus yang
lain jika seorang pemimpinnya saja sudah tidak baik gimana dengan anggotanya.
Maka
dari itu dalam suatu partai/organisasi pemimpin yang tegas dan jujur sangat lah
dibutuhkan, agar tidak menyesatkan anggota yang lainnya.
Source: http://diwaaan.blogspot.com/2014/04/proses-pengambilan-keputusan-dalam.html
http://nabelona.blogspot.com/2014/01/arti-penting-kepemimpinan-dalam.html
Source: http://diwaaan.blogspot.com/2014/04/proses-pengambilan-keputusan-dalam.html
http://nabelona.blogspot.com/2014/01/arti-penting-kepemimpinan-dalam.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar